Kamis, 07 Maret 2013

Sepotong Ramadhan di Asrama GYD Senopati


Sore itu, seperti biasa, lalu lintas di Blok S sudah demikian padatnya ditambah lagi saat ini bulan puasa dimana banyak pegawai kantoran yang berlomba ingin berbuka puasa di rumah masing-masing membuat jalan yang setiap harinya langganan macet semakin parah saja.
Azan ashar belum lagi berkumandang, akhirnya saya sampai juga di Asrama GYD, Senopati Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Satu dari dua belas asrama, yang tersebar dari Lampung sampai Surakarta, untuk anak dhuafa milik GYD. Asrama Senopati, demikian saya menyebutnya, belum lama berdiri kurang lebih satu tahun belakangan ini saja. Bila anda sering lewat daerah tersebut dapat melihat papan namanya besar terpancang di depan gedung yang terletak tepat pada perempatan Santa.
Sore tidak menunggu, sejenak lagi azan ashar akan berkumandang. Saya memang ada janji dengan Kepala Asarama Senopati jam tiga sore untuk berbagi kisah akan kegiatan anak-anak yang tinggal di sana atau disebut dengan mukimin selama Ramadhan, bulan yang dimuliakan oleh ummat Islam ini. Asrama yang menampung sekitar enam belas anak-anak yang datang dari golongan kurang mampu atau dhuafa berkisar antara  yang paling muda empat tahun dan tertua berusia enam belas tahun. Kebanyakan dari mereka datang dari sekitar Jakarta baik itu Tangerang, Pandeglang dan sekitarnya namun ada satu mukimin yang jauh-jauh datang dari Purwodadi dan telah dua tahun ini betah tinggal bersama di Asrama GYD Senopati.
Bapak Djumari adalah yang bertanggung jawab untuk mengawasi para mukimin Asrama GYD Senopati, bersama isteri dan anak-anaknya beliau sudah empat bulan ini menjalani tugasnya. Seorang bapak yang asli Pati, Jawa Tengah menjabat erat tangan saya saat pertama kali bertemu dengan gayanya yang khas bapak asrama dan ramah membuat saya merasa nyaman saat itu juga.

Pria yang baru saja menginjak usia  kepala empat ini banyak bercerita mengenai suka-dukanya selama empat bulan menjadi kepala asrama GYD Senopati. Tidak jauh berbeda dengan kita para orang tua pada umumnya, namun dituntut untuk lebih lagi karena bukan satu atu dua anak yang diamahi kepada beliau tapi lebih dari sepuluh.
Menurut Pak Djumari tidak ada kegiatan yang benar-benar dikhususkan selama Ramadhan saja namun apa yang dilaksanakan oleh anak-anak adalah meneruskan progam berjalan selama ini, hanya saja dengan dorongan-dorongan khusus agar lebih intens dilakukan.  Kecuali program untuk menghafal al matsurat  sebenarnya apa yang dilakukan selama ramadhan ini sudah rutin dilaksanakan, seperti tadarus, qiroat, shalat malam, tadarusan dan yang lebih dipacu lagi selama ramadhan ini adalah hafalan juz 30. Tentu saja, atas inisiatif Pak Djumari, ada intensif kecil-kecilan bagi para mukimin yang menurutnya sukses melaksanakan kegiatan tersebut selama Ramadhan.
Anak-anak asrama GYD Senopati selama Ramadhan memang cukup sibuk dibanding bulan-bulan lainnya. Hampir setiap hari ada saja undangan untuk pengajian dan buka puasa bersama di sekitar Jakarta Selatan. Khawatir waktu anak-anak untuk beribadah dan belajar terganggu beliau membatasi maksimal sampai ke asrama kembali pukul tujuh malam untuk mereka mengulang pelajaran dan melaksanakan ibadah-ibadah semisal taraweh.
Bebebrapa kegiatan bersifat fisik yang pada bulan lainnya kerap kali diikuti oleh anak-anak sengaja dikurangi seperti sekolah sepak bola dan latihan bela diri, dengan harapan fisik mereka tidak terlalu lelah.  Sejak dari menyajikan hidangan sahur anak-anak memang sengaja dilibatkan, paling tidak ikut membantun, ibu asrama yang juga isteri Pak Djumari. Belum lagi selain mereka dibiasakan untuk mengurus diri sendiri agar mandiri termasuk di dalamnya belajar mencuci dan menyetrika baju masing-masing. Untung saja di Asrama GYD ini tersedia mesin cuci, walau harus bergantian, namun sangat membantu.
Pak Djumari berharap selama Ramadhan ini anak-anak yang dibawah pengawasan beliau dapat lebih faham akan misi yang diembannya, yakni menjadikan mereka sebagai insan yang disiplin, menghargai waktu juga jujur dan amanah dalam setiap tanggung-jawab.
Ashar baru saja tiba dan kami menutup bincang-bincang ini dengan berjamaah bersama para mukimin. Sejenak saya tercenung sesaat sebelum takbirotul ihram bahwa di samping saya inilah para pewaris bangsa dan agama kita, semoga Allah SWT menjaga anak-anak ini dan menjadikan mereka insan-insan yang bermanfaat, bukan malah beban bagi masa depan. Saya bersyukur ada lembaga semacam GYD yang dengan bantuan dari para donator ikut menjaga tanggung-jawab bersama umat Islam di Indonesia. (iman)

0 komentar:

Posting Komentar